Seberapa Besar King Cobra Bisa Tumbuh?
Sejatinya, seberapa besarkah king cobra bisa bertumbuh? Dirujuk dari AZ Animals, king cobra dapat mempunyai panjang antara 12 hingga 18 kaki. Dalam satuan meter, kira-kira 3,6 hingga 5,4 meter. Dengan estimasi panjang tersebut, king cobra dinobatkan sebagai ular berbisa terpanjang di dunia.
Bagaimana dengan beratnya? Rata-rata, king cobra beratnya berkisar antara 11 hingga 20 pon. Bila memakai satuan kilogram, kira-kira setara dengan 5 hingga 9 kg. Sebagai informasi, king cobra jantan punya tubuh sedikit lebih besar dibandingkan betinanya.
Apakah King Cobra Bisa Bergerak Cepat?
Menariknya, kendati punya ukuran 'jumbo', king cobra termasuk salah satu ular yang bisa bergerak cepat. Dilihat dari laman World Atlas, king cobra bisa bergerak dengan kecepatan 12 miles per hour (mph) atau kira-kira 19 kpj (kilometer per jam). Mudahnya, seperti kecepatan motor bebek saat masuk gigi satu.
Berbekal kecepatan ini, king cobra bisa melarikan diri dari ancaman atau memburu mangsa-mangsanya. Beruntungnya bagi umat manusia, biarpun king cobra bisa bergerak cepat, hewan melata satu ini sangat pemalu.
Jika punya pilihan, king cobra akan memilih menjauhi manusia atau pun hewan lainnya. Namun, bila sudah terpojok, king cobra bakal membuka tudungnya dan mendesis sebagai peringatan. Langkah terakhir, ia akan menyerang dengan racunnya.
Nah, itulah pembahasan lengkap mengenai lokasi king cobra terbesar di dunia, lengkap dengan fakta menariknya. Semoga bisa menambah pengetahuan detikers, ya!
Kritkamon mengatakan, ular tersebut memiliki panjang lebih dari 4 meter, sebaerat 15 kg dan merupakan reptil terbesar ketiga yang mereka temukan.
Setelah ditangkap, ular kobra tersebut pun dilepaskan ke alam liar.
Sebagai informasi, Thailand memang dikenal sebagai tempat reptil. Beberapa spesies kobra asli dari negara di Asia Tenggara itu.
Bandara internasional utamanya, juga dibangun di daerah yang dulunya disebut 'Rawa Kobra.'
Ular menjadi hal yang membuat warga di ibu kota Thailand menjadi cemas. Tim pemadam kebakaran bahkan sampai dikirim untuk menanggapi panggilan warga yang khawatir.
Pihak berwenang enggan untuk menyingkirkan reptil itu, karena mereka membantu mengendalikan populasi tikus yang jika tidak diberantas bisa mengancam tanaman dan persediaan makanan.
Namun, ular kobra kebanyakan memakan ular lain -terutama ular tikus.
Reporter: Aqilah Ananda Purwanti
©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.
Jakarta, CNBC Indonesia - Musim hujan telah tiba, di mana saat musim hujan biasanya hewan-hewan yang terbilang berbahaya akan muncul, terutama ular.
Bagi Anda yang bertempat tinggal di desa atau di kota dengan pekarangan yang cukup luas dan tanaman yang cukup lebat mungkin perlu mewaspadai akan kemunculan ular.
Perubahan iklim, seperti kenaikan suhu dan cuaca tidak menentu, juga berpengaruh terhadap ular. Dikutip dari WHO (World Health Organization), perubahan iklim dan kemunculan ular memiliki keterkaitan.
Organisasi Kesehatan Dunia itu menyebut bahwa perubahan iklim hanya akan memperburuk masalah bagaimana ular berbagi tempat dengan manusia. Hal ini karena ular akan menggeser distribusinya seiring dengan meningkatnya suhu dan kejadian-kejadian ekstrem yang lebih sering terjadi.
Manusia akan mengubah praktik pertanian, sehingga akan ada tekanan lebih besar bagi ular untuk bermigrasi atau mengungsi. Akibatnya, kontak dan konflik antara manusia dengan ular diperkirakan akan menjadi lebih sering terjadi di beberapa wilayah
Ular merupakan kelompok reptilia tidak berkaki dan bertubuh panjang yang tersebar luas di dunia. Hewan ini kerap dikenal bahaya karena beberapa diantaranya memiliki bisa yang mematikan.
Namun, tidak semua ular memiliki bisa yang mematikan. Salah satunya yakni ular sanca. Meski tidak memiliki bisa, tetapi ular sanca tetap menjadi hewan yang mematikan karena memiliki kemampuan konstriksi yang efektif untuk membunuh mangsanya.
Ular sanca akan melilit tubuh mangsanya dengan erat, memadatkan cengkeramannya, dan membuat mangsanya mati lemas karena aliran darah dan pernapasannya terhenti.
Pada musim hujan, ular sanca cenderung lebih sering ditemukan karena mungkin habitat teresterialnya tergenang, maka ular akan keluar dari persembunyiaanya untuk mencari tempat yang nyaman.
Sebagai satwa berdarah dingin, ketika kepanasan, maka ular harus masuk ke air. Untuk itu, ular harus bisa mengontrol suhu tubuhnya, jangan sampai melebihi batas suhu toleransi lingkungan, karena bisa mati.
Umumnya, ular sanca termasuk salah satu ular terbesar di dunia. Beberapa spesies ular sanca bisa tumbuh hingga 8-10 meter. Bahkan, rahang bawah ular sanca bisa terbuka lebar hingga sepuluh kali kepala manusia.
Dengan ukuran raksasanya, ular-ular tersebut bisa terhindar dari predator dan bisa memakan berbagai jenis hewan. Adapun ular sanca biasanya berburu mangsa di malam hari, seperti kadal, burung, dan mamalia kecil.
Mereka juga cenderung hidup di daerah tropis. Itulah kenapa, benua Asia jadi tempat tinggal banyak ular raksasa. Tak tanggung-tanggung, beberapa spesies ular terbesar di dunia dan ular terpanjang di dunia dapat ditemukan di Asia, terutama di Asia Tenggara.
Secara umum, ular-ular besar tersebut menghuni hutan. Namun tak jarang, mereka juga ditemukan di area pemukiman. Apalagi jika sudah memasuki musim hujan, sehingga potensi keluarnya ular-ular ini di pemukiman cukup besar.
Lalu, jenis ular sanca apa yang terbilang sangat besar mungkin di dunia? Berikut ini daftarnya.
1. Sanca Bodo (Python bivittatus)
Sanca bodo adalah ular sanca terbesar di dunia sekaligus spesies ular terbesar di Asia. Mengutip beberapa sumber, ular dengan nama ilmiahpython bivittatusini bisa tumbuh sepanjang 7 meter dan seberat 182,2 kilogram. Namun ular sebesar itu cukup jarang ditemukan, rata-rata panjang ular ini ada di angka 3 sampai 5 meter dengan berat 20 sampai 40 kg.
Tak cuma besar, ular ini juga punya badan yang gemuk dan berotot. Karena tidak berbisa, bentuk tubuhnya tersebut membantu sanca bodo untuk melilit mangsa dengan sangat kuat.Tubuhnya berwarna cokelat dan dipenuhi pola kotak-kotak layaknya jerapah, kepalanya berbentuk seperti berlian dengan pola panah di atasnya.
Penyebarannya cukup luas dan bisa ditemukan di Myanmar, Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Laos, Kamboja, hingga China.
Mereka juga menjadi hewan invasif di Florida, Amerika Serikat (AS) dan memberikan efek buruk bagi ekosistem asli di sana. Ular ini juga perenang yang handal dan menghuni hutan, rawa, padang rumput, dan daerah dekat sungai.
2. Sanca Kembang (Malayopython Reticulatus)
Sanca kembang memang bukan ular terbesar di Asia, tetapi spesies ini adalah yang terpanjang. Memang tidak seberat sanca bodo, tetapi ular ini punya badan yang jauh lebih panjang, yaitu di angka 10 meter bahkan lebih.
Badannya juga lebih memanjang dan ramping. Karenanya, tak jarang sanca kembang juga memanjat pohon untuk mencari hewan seperti burung, kadal, atau monyet. Kulitnya juga punya warna cokelat muda yang dihiasi corak seperti batik atau bunga berwarna jingga, putih, dan hitam.
Selain itu, di bagian depan mulutnya, ular raksasa ini memiliki sensor pendeteksi panas yang memudahkannya mendeteksi mangsa di lebatnya hutan dan pepohonan.
Mangsanya sangat beragam. Mereka bisa memakan mamalia kecil, burung, monyet, babi, bahkan dalam beberapa kasus, sanca kembang sanggup memakan manusia.
Karena tidak berbisa ular ini mengandalkan giginya yang tajam dan lilitannya yang kuat membunuh mangsa. Mereka juga tersebar luas dan dapat ditemukan di India, Thailand, Malaysia, sampai Indonesia.
3. Sanca Batu India (Python Molurus)
Sanca batu india atauPython molurusmerupakan kerabat dekat dari sanca bodo. Bahkan awalnya, kedua ular ini diklasifikasikan sebagai satu spesies.
Dahulu, sanca bodo merupakan subspesies dari sanca batu india dan punya nama ilmiah python molurus bivitattus.Akhirnya setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa keduanya merupakan spesies yang berbeda.
Pada 2009, pemisahan spesies antara sanca bodo dan sanca batu india dilakukan. Namun, karena kekerabatannya yang dekat, kedua ular ini punya ciri fisik yang serupa.
Keduanya sama-sama berwarna cokelat, tapi pola di tubuh sanca batu india lebih acak dan tidak mengotak seperti di tubuh sanca bodo. Ukuran sanca batu india lebih kecil, yaitu dengan panjang di angka 4 sampai 6 meter.
Seperti namanya, sanca batu india juga lebih suka berada di bebatuan, padang rumput, savana, hutan terbuka, dan terkadang berada di dekat perairan. Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka jadi habitat alami ular tidak berbisa ini.
4. Sanca Patola (Simalia Amethistina)
Sanca patola merupakan ular tidak berbisa yang bisa tumbuh hingga sepanjang 4 meter dengan bobot mencapai 15 kilogram.
Mereka juga salah satu ular raksasa yang bisa ditemukan di Pulau Papua dan Australia. Ular ini merupakan hewan arboreal dan kerap ditemukan bertengger di dahan atau ranting pohon.
Sebagai ular arboreal tentunya ular ini punya tubuh yang ramping, panjang, dan otot yang kuat. Mereka juga sangat suka memakan hewan-hewan seperti burung, tupai, kelelawar, dan reptil kecil.
Ular dengan nama ilmiah simalia amethistinaini punya perpaduan warna hitam, cokelat, dan jingga yang sangat menawan. Sisiknya juga halus dan akan memancarkan warna pelangi terang jika terkena sinar matahari, karenanya ia sangat populer sebagai peliharaan.
Namun karena hal ini sanca patola sering diburu dan menyebabkan populasinya kian menurun. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin ular eksotis ini akan punah di kemudian hari.
5. Sanca Papua (Apodora Papuana)
Sesuai namanya, ular sanca ini banyak ditemukan di Pulau Papua, tepatnya di Indonesia dan Papua Nugini. Ular ini dapat tumbuh hingga mencapai panjang 4,3 meter.
Warnanya cukup beragam mulai dari cokelat, abu-abu, sampai hitam. Warna tersebut juga punya fungsi, yaitu untuk membantu ular ini bersembunyi dan berkamuflase di bawah bebatuan, kayu, dan rerumputan di hutan dan savana.
Secara khusus, sanca papua hanya memakan mamalia kecil. Ia juga merupakan predator penyergap yang akan berdiam diri sembari menunggu mangsanya mendekat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
King cobra adalah ular berbisa terpanjang yang ada di dunia. Selain punya ukuran yang besar, king cobra juga punya racun berbahaya yang tersimpan dengan rapih di bagian mulut. Namun, pernahkah detikers berpikir, ular king cobra terbesar di dunia ada di mana?
Dikutip dari Animal Diversity Web, nama ilmiah king cobra adalah Ophiophagus hannah. Dari segi taksonomi, hewan ini masuk kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Sarcopterygii, ordo Squamata, famili Elapidae, dan genus Ophiophagus.
Hewan melata satu ini tersebar luas di negara-negara Asia. Sebut saja India, China, Indonesia, dan Filipina. Habitatnya sendiri adalah dekat aliran sungai di hutan lebat, semak bambu, area pertanian, atau pun rawa bakau yang rimbun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru-baru ini, king cobra yang dulunya dianggap sama, oleh para peneliti kini diklasifikasikan lagi. Diambil dari Down To Earth, hasil penelitian yang dipimpin oleh P Gowri Shankar sukses mengidentifikasi empat garis keturunan king cobra yang terpisah secara geografis.
Penelitian tersebut mengusulkan empat spesies baru king cobra. Keempatnya adalah king cobra utara, king cobra sunda (Ophiophagus bungarus), king kobra ghats barat (Ophiophagus kaalinga), dan king cobra luzon (Ophiophagus salvatana).
Terlepas dari pengklasifikasian baru untuk king cobra, di manakah lokasi spesimen terbesar ular ini pernah ditemukan? Berikut ini pembahasan faktanya secara ringkas.
Lokasi King Cobra Terbesar di Dunia
Menurut informasi dari Guinness World Records, spesimen king cobra paling besar yang pernah ditemukan punya ukuran 5,71 meter (18 kaki 8 inci). Hewan menakjubkan ini ditemukan pada April 1937 di Malaysia.
Karena ukurannya yang mengesankan king cobra tersebut ditangkap dan ditaruh di Kebun Binatang London, Inggris. Hingga 1939, king cobra tersebut terus tumbuh dengan ukuran luar biasa. Sayang, ia dan banyak ular berbisa lainnya terpaksa dibunuh saat perang meletus.
Mengapa dibunuh? Sebab, dikhawatirkan, jika kebun binatang tersebut rusak akibat perang, ular-ular berbisa tersebut dapat kabur dan membahayakan keamanan penduduk sekitar.
Selain king cobra dari Malaysia, ada juga spesimen lain berukuran raksasa yang ditangkap di Thailand. Dikutip dari Thai National Parks, ular tersebut punya panjang 5,59 meter dan menjadikannya king cobra terbesar kedua yang diketahui. .
Dilansir detikNews, pada 2018 silam, sebuah video tentang seekor king cobra besar juga sempat menghebohkan penduduk Indonesia. Namun, saat itu, ukurannya yang begitu besar menyebabkan banyak orang sangsi akan kebenarannya.
Saat dihubungi, Kepala Laboratorium Herpetologi Puslit Biologi LIPI, Amir Hamidy menangkis keraguan tersebut.
"Saya pikir itu betulan, ya. Ular itu adalah king cobra atau kita kenal dengan nama Latin Ophiophagus hannah, merupakan jenis ular terpanjang di dunia. Jenis ini panjangnya bisa mencapai 5-6 meter," jelasnya, dikutip dari detikNews pada Rabu (30/10/2024).
Lebih lanjut, Aji Rahmat, ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia menerangkan bahwasanya ular tersebut memanglah asli, tetapi berupa peliharaan. Pasalnya, dalam video yang beredar kala itu, king cobra raksasa tersebut tampak jinak saat dipegang.
"Itu peliharaan. Kalau sudah sebesar dan jinak itu pasti dia peliharaan," jelas Aji Rahmat pada Kamis (22/3/2018).